Direview oleh
dr. Meira Fitriah, Sp.KK, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Klinik Spesialis Kulit Seby Clinic Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah
Kudis atau scabies merupakan penyakit yang ditandai dengan munculnya ruam seperti bengkak, bisul, dan gatal-gatal. Penyakit kudis atau scabies utamanya disebabkan oleh tungau dengan spesies Sarcoptes scabiei.
Kudis merupakan penyakit kulit yang menular. Jika seseorang bersentuhan langsung dengan orang yang terinfeksi, maka tungau penyebab kudis akan lebih besar kemungkinannya untuk menular dan menginfeksi orang tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa itu penyakit kudis, simak ulasannya di bawah ini.
Apa Itu Kudis?
Kudis atau dikenal juga dengan nama scabies merupakan penyakit yang menyebabkan kulit terasa gatal. Kudis disebabkan oleh tungau bernama Sarcoptes scabiei. Kemudian kutu tersebut menggigit dan bersembunyi di bawah kulit penderita kudis.
Kudis merupakan penyakit kulit menular yang dapat ditularkan dari orang ke orang atau dari hewan ke orang. Kudis juga sangat mudah tertular melalui kontak langsung dengan kulit yang terkena atau dengan berbagi barang-barang pribadi seperti tempat tidur, bantal, dan selimut.
Selain itu, kudis juga sering dikaitkan dengan kurap. Ya, kudis dan kurap sama-sama merupakan penyakit kulit yang menyebabkan rasa gatal parah pada penderitanya. Namun, ada hal yang membuat kedua jenis kondisi kulit ini berbeda.
Berbeda dengan kudis yang disebabkan oleh kutu, kurap disebabkan oleh infeksi jamur.
Penyebab Penyakit Kudis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Kutu ini berukuran sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, penderita kudis pada awalnya tidak menyadari bahwa kudis ada di kulitnya.
Tungau Sarcoptes scabiei menggigit dan hidup di kulit penderita kudis. Tungau Sarcoptes scabiei betina kemudian dapat bersembunyi di permukaan kulit penderita kudis untuk bertelur. Saat telur menetas, larvanya muncul di permukaan kulit dan menyebar atau bahkan menyebar ke orang lain.
Selain kutu, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit kudis pada manusia, yaitu:
- Kontak langsung dengan penderita kudis
- Menggunakan barang-barang tertentu seperti seprai, bantal atau sisir milik orang lain
- Sistem kekebalan tubuh lemah
- Anda mengidap penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, seperti HIV atau AIDS, kanker, dll.
- Hidup berkelompok dengan orang lain, misalnya di penjara, pesantren, panti asuhan dan lain-lain.
Gejala Kudis
Gejala kudis biasanya muncul dua hingga empat minggu setelah orang yang terinfeksi bersentuhan dengan kutu. Namun jika penderita pernah menderita kudis sebelumnya, gejala kudis biasanya muncul 1-4 hari setelah kontak dengan kutu. Beberapa gejala penyakit kudis adalah:
- Kulit terasa sangat gatal terutama pada malam hari. Hal ini dikarenakan kutu betina biasanya bertelur di kulit pada malam hari.
- Munculnya ruam merah berupa jerawat pada kulit, terutama pada lipatan tangan dan kaki.
- Kulit terkelupas dan teriritasi
- Trauma kulit akibat keausan
Diagnosis Penyebabnya
Karena penyakit kudis mudah dikenali, dokter biasanya mendiagnosis penyakit kudis hanya dengan pemeriksaan fisik. Seorang dokter memeriksa kulit pasien yang gatal. Sebagai alternatif, dokter dapat menentukan apakah pasien menderita penyakit kudis dengan mencari lokasi keropeng menggunakan jarum dan mengeluarkannya dari kulit. Untuk beberapa kasus, dokter bisa saja menyatakan penyakit kudis dengan cara pengambilan sampel kulit pada pasien terduga agar diteliti lebih lanjut. Sampel kulit tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk memastikan keberadaan telur dan kutu dewasa.
Pengobatan Kudis
Untuk mengobati kudis, dokter seringkali meresepkan obat topikal kepada pasien. Beberapa krim yang biasa diresepkan dokter untuk mengatasi kudis antara lain krim belerang, crotamiton, permetrin, lindane, calamine dan losion benzil benzoate.
Krim harus dioleskan ke seluruh tubuh jika terjadi kudis. Kemudian diamkan selama 8 jam dan oleskan kembali krim hingga kerak benar-benar hilang.
Selain itu, dokter mungkin juga akan meresepkan beberapa obat untuk pasien jika gejala kudisnya parah. Beberapa obat yang diresepkan meliputi:
- Antihistamin, untuk mengendalikan reaksi alergi terhadap gigitan kutu
- Antibiotik, jika tubuh terinfeksi kudis
Dokter juga akan menyarankan penderita kudis untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar seperti rutin mengganti sprei, mencuci pakaian bekas secara terpisah dari pakaian orang lain, dan sebagainya. Itulah gambaran penyakit kulit terkait kudis yang menular.
Oleh karena itu, kudis merupakan salah satu penyakit kulit yang sangat tidak nyaman bagi penderitanya karena menimbulkan rasa gatal yang hebat. Jadi, Anda bisa mengikuti beberapa langkah pengobatan di atas untuk menghilangkan rasa gatal tersebut.Anda juga bisa mendatangi Seby Clinic terdekat untuk berobat. Jangan khawatir karena para dokter di Seby Clinic semuanya berpengalaman di bidangnya sehingga pengobatan dilakukan secara akurat dan efektif. Jika Anda ingin membuat janji temu atau konsultasi online dengan dokter di Seby Clinic, Anda dapat klik di sini untuk informasi lebih lanjut.
-
Cleveland Clinic. Scabies. Diakses dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4567-scabies pada 28 Agustus 2023.
-
Medical News Today. 2020. Scabies bites: Identification, symptoms, and remedies. Diakses dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/scabies-bites pada 28 Agustus 2023.
-
Shapiro, D.. 2023. What Is Scabies? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment, and Prevention. Diakses dari https://www.everydayhealth.com/scabies/ pada 28 Agustus 2023.
-
Siloam Hospitals. 2023. Kudis (Scabies) – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya. Diakses dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/penyakit-kudis pada 28 Agustus 2023.